Posisi tangan ketika Takbiratu Al-Ihram (bersedekap)
Setelah takbir, kita bersedekap, meletakkan kedua lengan di depan dada, peletakan di dada dengan cara tangan kiri di tempelkan di dada, tangan kanan menempel diluar / di atas tangan kiri. Cara yang demikian ini hanya bisa dilakukan dengan sedikit mengangkat bahu, karena kalau tidak maka tangan akan terletak di perut. Cara ini pula dapat mempertahankan posisi ketiak sebagai stasiun peredaran limfe tetap terbuka. Secara anatomi dan fisiologi tubuh manusia tangan kanan dan tangan kiri di atur oleh dua belahan otak yang berbeda. Tangan kanan diatur otak kiri yang terkait erat dengan proses analisis kogninitif, sementara tangan kiri diatur otak kanan yang terkait dengan proses imajinasi, artistik, atau keindahan.
Hikmah di balik cara memosisikan tangan dalam shalat
Pertama, meletakkan dua tangan di dada, tepatnya antara pusar dan tulang rusuk, adalah posisi paling baik bagi lengan, dilihat dari sudut anatomi tubuh. Buktinya, kalau seseorang mengalami patah lengan maka lengannya akan digip dan diletakkan di dada, antara pusar dan tulang rusuk. Bagian dalam tangan dihadapkan ke dada dan digantung di leher untuk menjamin agar tetap dalam posisi tersebut posisi ini sama dengan posisi lengan dalam shalat. Hanya saja, ia tidak digantung di leher, melainkan cukup bertumpu pada otot-otot dua lengan agar posisinya tetap.
Kedua, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri berarti mempertahankan kesejajaran kedua pundak ketika memosisikan dua tangan seperti ini maka lengan berada pada posisi sudut yang sama. Pundak juga pasti berada pada sudut yang sama. Artinya, antara masing-masing pundak dengan lengan bagian bawah, terpisah oleh ukuran lengan bagian atas.
Penguatan terhadap keseimbangan kedua telapak kaki, tulang pinggul, dan kedua pundak, dapat mencegah kemiringan kepala atau leher ke salah satu sisi, atau yang dikenal dengan kaku leher atau pengerasan tulang leher. Jadi, posisi berdiri dengan tangan di dada adalah sarana paling baik untuk menghindari semakin membengkoknya tulang punggung.
Sumber :
1. Sagiran, dr.,M.Kes.,Sp.B, Mukjizat Gerakan Shalat,Qultum Media, Jakarta Selatan, 2008.
2. Jalal Muhammad Syafi’i, Syaikh, The Power of Shalat, MQ Publishing, Bandung, 2006.
3. El-ashry, Tohirin, Rahasia Dahsyatnya Shalat, Suluk, Jakarta Selatan, 2010.
4. Nur Azhar, Tauhid, Sulaiman, Eman, Simbol-simbol Shalat, Madani Prima, Bandung, 2002.
5. PP.Persis, Dewan Hisbah, Risalah Shalat, Risalah Pers, Bandung, 2005.
6. Aam Amiruddin, Dr., M.Si., Sudah Benarkah Shalatku?, Khazanah Intelektual, Bandung, 2008.
Posting Komentar