Cedera jaringan lunak adalah cedera
yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu
ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit
yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan
lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai
kerusakan / terputusnya jaringan kulit
yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa
kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu
berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan
dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang
tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif
tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang
mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi.
Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa
masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar
luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian
tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan
adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda
tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh
dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna
merah kebiruan.
b. Hematoma (darah yang terkumpul di
jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar
tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan
biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang
kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang
sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka.
Biasanya tulang menajadi patah di
beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan
untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi
kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu
menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada
tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian
tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu
proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Ø Pembalut pita/gulung.
Ø Pembalut segitiga (mitela).
Ø Pembalut penekan.
Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi
seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih
mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka
prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian
luka tidak terkontaminasi
Pembalutan
Ø Jangan memasang pembalut sampai
perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan
perdarahan.
Ø Jangan membalut terlalu kencang
atau terlalu longgar.
Ø Jangan biarkan ujung bahan
terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Ø Bila membalut luka yang kecil
sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang
mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Ø Jangan menutupi ujung jari, bagian
ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan
mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus
diperbaiki.
Ø Khusus pada anggota gerak
pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
Ø Lakukan pembalutan dalam posisi
yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi
bila dibalut dalam keadaan lurus.
Penggunaan penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut
dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus
perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka
kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan
penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah
daerah luka (distal).
Perawatan luka Terbuka
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila
kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu
rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya
terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat
dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya
kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak
tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Perawatan luka dengan benda asing
menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang
disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap
secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang
menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga
terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati
jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut
dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut
donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan
tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Patah Tulang
Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang,
sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau
gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya
pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami
pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya
jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan
benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau
batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang
besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian
tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya
bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak
mengalami cedera berarti.
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang
dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah.
Ini sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Terjadi perubahan bentuk pada
anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang
terlihat. Cara yang paling baik
untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan
kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar /
perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada
daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian
cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang
yang patah pada luka.
Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah
tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan
kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan
daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah
terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan
mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang
terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling
utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan
dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran
dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru
disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota
badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu,
alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang
paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan
bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara,
bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi
tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus,
umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang
cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan
yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan
lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan
pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh
penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun
improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan
rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh
bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian
pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di
bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi
(GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
Jangan berupaya merubah posisi
bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian
tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi
dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan
penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi,
bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi
distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang
lunak, bila memungkinkan.
10.Isilah bagian yang kosong antara
tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11.Ikatan jangan terlalu keras dan
jangan longgar.
12.Ikatan harus cukup jumlahnya,
dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang
patah.
13.Selesai dilakukan pembidaian,
dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang
pertama.
14.Jangan membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
• Kenali dan atasi keadaan yang
mengancam jiwa.
• Jangan terpancing oleh cedera yang
terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah
secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai
menambah rasa sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang
diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka
bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan
untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
• Istirahatkan bagian yang cedera.
• Kompres es bagian yang cedera
(khususnya pada patah tulang tertutup).
• Baringkan penderita pada posisi
yang nyaman.
Luka Bakar
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar
dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat
satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang
paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan
kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit
lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit
yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu.
Luka bakar jenis ini paling sakit,
ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti
kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas,
bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan
ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga
gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf.
Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda
dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri.
Luas luka bakar
Gambar rumus sembilan
Rumus telapak tangan.
Cara lain untuk menghitung luas luka
bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan
korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas
luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Derajat berat luka bakar ditentukan
oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar
dan lokasinya.
Luka bakar ringan
• Luka bakar derajat tiga kurang
dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua kurang dari
15%
• Luka bakar derajat satu kurang
dari 50%
Luka bakar sedang
• Luka bakar derajat tiga antara 2%
sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua antara 15%
sampai 30%
• Luka bakar derajat satu lebih dari
50%
Luka bakar berat
• Semua luka bakar yang disertai
cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
• Luka bakar derajat dua atau tiga
pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat tiga di atas
10%
• Luka bakar derajat dua lebih dari
30%
• Luka bakar yang disertai cedera
alat gerak
• Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka
dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun.
Penanganan kelompok usia ini
biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses
penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
• Keamanan keadaan
• Keamanan penolong dan orang lain
1. Hentikan proses luka bakarnya.
Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
Bila ada bahan kimia alirkan air
terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila
perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas
luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup
luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya.
Bila yang terbakar adalah jari-jari
maka balut masing-masing jari tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman
mungkin
Pemindahan
Saat tiba di lokasi kita mungkin
menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang
berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah
akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk
memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada
penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan
cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum
mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban
serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan
upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau
ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah
secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus
selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang
paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan
membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan
korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka
jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu
darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila
ada bahaya langsung terhadap korban
Contoh situasi yang membutuhkan
pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban
dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban
lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa
tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan
darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan
melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan
leher semaksimal mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam
Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung
terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan
korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana meletakkan penderita
tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti
bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau
muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua
keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk
bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu
trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal
Kedaruratan
Semua yang dialami korban yang tidak
tergologn dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis.
Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera
sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya
kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan
medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari
tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang
dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya
masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau
tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan,
merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan,
rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak
sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi
cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan
kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu,
kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada
selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Manik mata : sangat lebar, atau
sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang
atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual,
muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang
seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita
adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan
sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang
ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada
dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar,
terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan
telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon,
yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan
tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara
segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya
hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan
beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan
pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam
tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai
nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat
teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila
perlu campur sedikit garam.
JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI
GARAM.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas (Heat Axhaustion)
Terjadi akibat kondisi yang tidak
fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif
tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput,
lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.
5. Lemah.
6. Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat
yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita
sekitar 20 – 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C. Sengatan Panas (Heat Stroke)
Merupakan keadaan yang mengancam
nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak
lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera
mati.
Gejala dan tanda:
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi
cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang
kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada
otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita
secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak,
lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan
penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
3. Paparan dingin (Hipotermia)
Udara dingin dapat menyebabkan suhu
tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan
hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin
dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak
bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati,
berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan
penderita.
2. Pindahkan penderita dari
lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan
oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah,
selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat
diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara
berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila
masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang
tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada
beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini
adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila
masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya
disamakan dengan keracunan.
Cara terjadinya Keracunan pada
manusia:
A. Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan
kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur
berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan
tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan.
B. Keracunan tidak disengaja
Misalnya:
a. Makan makanan/minuman yang telah
tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu.
b. Salah minum yang biasanya terjadi
pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka
susu dan sebagainya.
c. Makan singkong yang mengandung
kadar sianida tinggi.
d. Udara yang tercemar gas beracun.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
a. Obat-obatan terutama obat
tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum dengan bahan lain
sehingga terjadi reaksi keracunan
b. Makanan yang mengandung racun
misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang
kadaluarsa.
c. Baygon, minyak tanah, zat
pembunuh serangga lainnya.
d. Makanan atau minuman yang
mengandung alkohol (bir, minuman keras)
e. Perhatikan sekitar penderita
mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat,
pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan.
2. Melalui pernapasan.
a. Menghirup gas beracun/udara
beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup).
b. Kebocoran gas industri.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun yang
terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut.
Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya.
4. Melalui suntikan atau gigitan
a. Gigitan / sengatan binatang
berbisa (ular, kalajengking, dll.).
b. Gigitan binatang laut (ubur-abur,
anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll).
c. Obat suntik
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas
biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh.
Bila masuk melalui saluran
pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan.
Bila masuk melalui jalan napas maka
yang terganggu adalah pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi
setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan
sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
a. Riwayat yang berhubungan dengan
proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan
penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang
i. Gangguan pada kulit
j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
Posting Komentar