Selamat datang di Blog Farid Nasrullah

Asal Mula Astrolabe dan Rubu'

0 komentar



   
Dalam Ilmu astronomi atau ilmu falak dikenal beragam instrumen penting yang digunakan untuk melakukan observasi dan penelitian. Salah satunya instrumen yang akrab dipakai di kalangan astronomi adalah astrolabe. Yang dimaksud dengan Astrolabe adalah sebuah instrumen astronomi berbentuk bulat yang digunakan untuk menentukan lokasi dan memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan bintang. Selain itu, Astrolabe juga kerap dipakai untuk menentukan waktu lokal berdasarkan informasi letak bujur dan letak lintang, survei serta triangulasi.
Astrolabe fungsional efektif  instrumen yang memungkinkan pengguna untuk "melakukan tugas-tugas yang beragam seperti ketepatan waktu pada siang dan malam, survei, menentukan lintang, dan casting horoskop." (British Museum).
Bahan Astrolabe adalah Pewter, dan tersedia dalam warna pewter atau di piring emas. Ia memiliki 17 bintang serta peta overhead langit (untuk 37 derajat) dan ekliptika. Waktu siang atau malam di tepi luar dengan siang di bagian atas dan tengah malam di bagian bawah. Sisi reverse untuk mengukur ketinggian benda-benda langit.
Konon, instrumen ini diciptakan pertama kali pada zaman helenistik pada tahun 150 SM. Keberadaan intrumen ini sering dikaitkan dengan Hipparchus. Karena, Hipparchus mengembangkan instrumen ini di sekolah Yunani di Alexandria pada tahun 160 SM  Kemudian, ketika dinamika keilmuan di kalangan Islam melaju pesat, Astrolabe mulai dikembangkan kembali oleh para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan.
Ilmuwan Muslim yang pertama melakukan penelitian dan pengembangan astrolabe adalah Muhammad Al-Fazari pada abad ke 8 Masehi. Awal mulanya, astrolabe digunakan oleh para ilmuwan Muslim guna menemukan waktu terbit dan tenggelam matahari serta posisi bintang. Namun, pada abad ke 10 Masehi, Abd Al-Rahman Al-Sufi, menguraikan lebih dari 1000 kegunaan astrolabe yang berbeda-beda mulai dari astronomi, astrologi, horoskop, navigasi, survei, waktu shalat dan arah kiblat.
Untuk melihat lebih dekat konstruksi astrolabe, salah satunya adalah astrolabe Hartman, sebuah koleksi yang terdapat di Yale, perpustakaan terbesar ketiga di Amerika. Unsur-unsur yang terdapat dalam instrumen ini antara lain, disk utama atau mater yang mampu menyimpan satu atau lebih plat datar yang sering disebut tympan.
Tympan dibuat untuk lintang tertentu dan berukir dengan proyeksi stereografik dari lingkaran yang menunjukkan azimut dan elevasi dan merupakanbagian dari astronomi bola di atas cakrawala lokal. Tepi mater biasanya berlalu ke jam waktu, derajat busur, atau keduanya. Di atas mater dan tympan, terdapat rete, sebuah kerangka kerja untuk membawa proyeksi bidang ekliptik dan beberapa petunjuk yang menunjukkan letak bintang-bintang terang, bebas berputar sedangkan instrumen lain yang popular di kalangan astronom yaitu rubu atau kuadran.


Rubu Agak berbeda dengan astrolabe, rubu dibuat lebih sederhana dan penggunaannya dirancang lebih mudah rupa ketimbang astrolabe. Instrumen rubu konon, juga sudah dikenal sejak lama, tidak ada data pasti kapan instrumen ini mulai ditemukan. Rubu ini mulai dikembangkan di dunia Islam pada abad ke 11 H. Diantara tokoh yang memiliki peran penting adalah Al-Khawarizmi, dan Ibn Shatir yang konon, menurut sebagian ahli sejarah, rubu mujayyab yang kini popular di Indonesia merupakan kuadran yang pernah dia kembangkan.

Di dunia astronomi Islam, kuadran yang masyhur digunakan yaitu rubu mujayyab. Dalam EnsMopedia Hisab Rukyat) karangan Susiknan Azhari disebutkan, Rubu Mujayyab merupakan sebuah instrumen yang berbentuk kuadran lingkaran dengan sudut 90° (derajat). Dalam astronomi, alat ini difungsikan sebagai alat bantu menghitung fungsi geniometris yang berguna untuk memproyeksikan peredaran benda-benda langit pada lingkaran vertikal.
Unsur-unsur yang terdapat pada kuadran ini antara lain titik sentral [marka?) yang berfungsi sebagai tempatmemasang benang dan busur AB (qaus al irtifa) yang mengelilingi kuadran. Besaran skala satu sama lain berbeda mulai dari 0 derajat sampai 90 derajat. Selain itu, terdapat garis AM (jaib aitam), sebuah garis lurus yang ditarik dari titik sentral ke busur AB dengan besaran skala yang sama kemudian dari tiap skala tersebut di tank ke garis lurus ke arah busur AB. Unsur lain yang juga bagian kuadran yaitu garis MB (al-sittin), sebuah garis lurus yang di tarik ke ujung garis AM dengan skala 60 derajat, lubang pengintai (hadiah), benang (khait). bandul (syag), dan benang pembeda (muri).
Ada tiga fungsi yang bisa diambil dari instrument kuadran mujayyab antara lain, pertama, alat hitung atau sering dikenal dengan orthogonal grid, jika dilepaskan dari statifnya dan diposisikan secara horisontal. Kedua, alat ukur mengumpulkan data fisik yang kemudian diolah berdasarkan persamaan tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan fungsi kuadran ketiga yaitu table astronomi. Rubu membantu menentukan posisi matahari dalam bujur ekliptika karena konsepsi kosmos yang masyhur kala itu adalah geosentris yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Farid Nasrullah | Cahaya Entrepreneur Moslem School | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Farid Nasrullah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger